Mengapa harus pakai bata ringan?
Pernahkah anda berfikir untuk menggunakan bata ringan hebel sebagai bahan utama bangunan? Apakah Anda pernah mendengar istilah bata ringan atau hebel? Material tersebut adalah salah satu bahan bangunan hasil rekayasa teknik sipil dan bangunan. Material tersebut adalah bahan pengisi dinding yang menyerupai beton dan memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet (durable) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin.
Bata ini cukup ringan, halus dan memiliki tingkat kerataan permukaan yang baik. Material ini diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung.
Ada dua jenis bata ringan
Autoclaved Aerated Concrete (AAC) dan Cellular Lightweight Concrete (CLC). Namun kali ini kita hanya akan membahas material dengan tipe AAC.
Bata ringan AAC dibuat dari adonan yang terdiri atas pasir silika, semen, kapur, sedikit gypsum, air, dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara kimiawi). Setelah adonan tercampur sempurna, adonan akan mengembang selama 7-8 jam.
Alumunium pasta yang digunakan dalam adonan tadi, selain berfungsi sebagai pengembang ia berperan dalam mempengaruhi kekerasan beton. Biasanya bata ringan memiliki panjang 60 cm, tinggi 20 cm dan tebal 7,5 cm, 10 cm dan 15 cm. Satu meter kubik dengan ketebalan 10 cm bisa digunakan untuk mengisi dinding seluas 10 meter persegi.
Sedangkan untuk ketebalan 7,5 cm, bisa membentuk dinding 13 meter persegi.
Material ini tidak dapat direkatkan dengan campuran pasir dan semen layaknya bata merah dan batako pres. Ia direkatkan dengan semen instan atau mortar. Satu sak mortar seberat 40 kg bisa digunakan untuk merekatkan satu meter kubik.
Tren penggunaan hebel meningkat seiring dengan makin mahalnya harga pasir dan mahalnya upah tukang.
Beberapa hotel ternama juga menggunakan material ini sebagai bahan utama bangunannya. Selain untuk bangunan struktur bertingkat, bahan bangunan ini juga sudah mulai merambah rumah tinggal masyarakat.
Bata ringan memiliki banyak kelebihan seperti memiliki ukuran dan kualitas yang seragam sehingga dapat menghasilkan dinding yang rapi. Bentuk yang presisi tersebut menghemat perekat (mortar), tidak seperti pemasangan bata merah.
Dinding dari hebel tidak memerlukan plesteran yang tebal, maksimal 1 cm. Sementara untuk plesteran perekat bata merah yaitu 1,5 cm-2 cm.
Harga bata ringan termasuk lebih mahal dari bata merah pada umumnya. Namu jika kita melihat harga perekat dan tingkat kerapiannya, tentu harganya relatif sama atau bahakan mungkin lebih murah dibanding bata merah. Pemasangannya yang lebih cepat sehingga menghemat biaya upah tukang.
Meski berukuran relatif besar, bata ringan cenderung lebih ringan dari pada bata biasa sehingga memperkecil beban struktur.
Namun, material yang ringan itu kadang membuat orang berpersepsi keliru. Banyak konsumen yang mengira bahan yang ringan tidak memiliki kekuatan yang cukup.
Bata ringan dibuat dipabrik dengan serangkaian uji tekan, uji tahan dan lain-lain. Cara sederhananya ya dijatuhkan dari ketinggian yang sama bata hebel dengan bata merah, tentunya batu merah pasti lebih mudah rusak.
Hebel juga dikenal kedap air sehingga kecil kemungkinan terjadi rembesan air. Bata itu juga lebih tahan panas dan mempunyai kekedapan suara yang baik.
Kalau sebalik dinding terjadi kebakaran, sisi lainnya masih bisa bertahan hingga tiga jam. Suhu ruangan biasanya juga lebih dingin dibanding dinding bata merah.
Jadi mau pilih mana? pilihan ada ditangan anda ^_^